Di
kota manapun, di negara manapun, pergilah ke sekolah atau universitas yang
cukup besar yang bisa kau temukan. Setelah menemukan meja depannya, berjalanlah
ke sana dan mintalah untuk menemui seseorang yang dikenal sebagai “Sang Penjaga
Keborosan”. Pegawai di depanmu tidak akan terlihat terpengaruh, bahkan sekilas
tampak bosan, seakan-akan pertanyaan ini sudah umum sampai-sampai jadi
kebiasaan. Dengan lunglai, mereka akan bangkit dan membimbingmu melalu lorong
dari bangunan tersebut. Kau akan melihat berlusin-lusin benda yang menarik dan
memikat mata, namun jangan sekalipun berhenti atau melambat untuk memeriksanya
lebih rinci, atau sekelompok siswa yang mengikutimu akan mengambil kesempatan
untuk menerkam, dan kau tidak akan pernah melihat dunia di luar sekolah
tersebut lagi. Maka, tetaplah fokus mengikuti pegawainya.
Akhirnya,
ia akan menuntunmu ke sebuah pintu dan mengisyaratkanmu untuk masuk. Lakukan,
dan pintu itu akan tertutup lembut di belakangmu. Suara klik yang kau dengar
adalah suara terkuncinya. Jangan mencoba untuk membukanya – para siswa tadi
menunggumu di luar pintu kalau-kalau kau berhasil membukanya.
Kau
menemukan dirimu berada di ruang kelas sejarah, namun ruang kelas itu lebih
membosankan dari ruang kelas manapun yang pernah kau lihat. Tidak ada poster di
tembok-tembok bercat kelabu, rak-raknya tiada berbuku, dan meja-mejanya
jarang-jarang serta sedikit. Seorang guru duduk di meja depan, mengenakan seragam
abu yang tidak mencolok, sedang memeriksa makalah. Perpaduan hal-hal tersebut
membuatmu ingin jatuh tertidur, namun perhatikan – jika kau tertidur, mimpi
buruk yang akan kau masuki tidak kan pernah berakhir. Jangan pula menyela
pekerjaan Sang Guru – ia sudah merasa cukup terbebani akan gajinya, dan jika
kau mengganggu ia mungkin akan membentak.
Sebaiknya,
kuatkan dirimu dan duduklah. Di deret ketiga dari kanan, bangku kedua dari
belakang. Duduk di tempat lain selajutnya akan membawamu pada kematian. Suara pergumulan
akan terdengar di luar pintu, namun jangan menoleh ke arah sana – tidak satu
siswa pun berharap untuk diperhatikan saat mereka masuk kelas, dan mereka semua
sudah terlambat masuk. Cukup menatap lurus ke depan.
Entah
bagaimana, mereka berhasil duduk tanpa ketahuan guru, dan pelajaran pun
dimulai. Pelaksanaan pembelajaran itu hampir menyakitkan – pengajaran yang
langsung pada intinya dan tanpa embel-embel. Sebuah buku catatan dan pensil
telah muncul di atas mejamu – cepatlah mulai mencatat, jangan sampai guru itu
memergoki dan tak meluluskanmu. Dan kau tidak ingin gagal di kelas ini,
percayalah. Faktanya mereka terluka, namun jangan pernah menyakiti ataupun
menyela.
Setelah
beberapa saat, akan diumumkan adanya ulangan. Terimalah. Soalnya ditulis
menggunakan bahasa dari planet lain, dan tentang tempat serta orang-orang yang
kau pikir tidak pernah ada. Tetap tenang, tulis beberapa pertanyaan pertama
dari catatanmu. Saat kau mencapai pertanyaan keempat, tepuklah pundak anak di
depanmu dengan pelan. Diam-diam – kau
tidak mau gurunya memergokimu – bertanyalah padanya, “Kapan seharusnya hal itu
terjadi dulu?”
Anak
itu akan melirik dengan gugup ke arah guru, lalu mencoret-coret sesuatu di
selembar kertas dan memberinya padamu. Bacalah secepat mungkin dan ingat-ingat
isi kertas tersebut – rincian tempat yang ditulis merupakan tempat dimana
Objek-nya bersembunyi. Tapi tatkala kau mengedipkan matamu dari kertas itu atau
bergerak, Sang Guru akan mengangkap basahmu, dan neraka akan menghampiri.
Ruang
kelas tersebut akan diselubungi dengan kemewahan paling berat yang pernah kau
lihat, dan semua siswa serta gurunya akan menujukkan sosok asli mereka.
Rinciannya tak boleh dijelaskan, namun ketahuilah – mereka semua memiliki kekuatan
serta kelemahan yang sama dengan manusia normal. Di seluruh sekolah, ilusi tadi
telah terbongkar, dan kau harus mendapatkan objeknya – dimanapun ia berada –
sebelum para siswa menangkapmu.
Pertikaian
pun pecah. Gunakan cara apa saja yang ada untuk mendapatkan objek tersebut –
kekerasan, pembunuhan, penipuan, tidak ada yang terlarang dan tidak ada yang
keramat. Tidak akan ada konsekuensi atas perbuatanmu, namun jika ada,
konsekuensi itu tidak mungkin lebih buruk dari apa yang akan terjadi jikalau
para siswa tersebut berhasil membantingmu ke lantai. Pergilah ke tempat yang
disebutkan, dan objek itu akan berkilau dengan jelas di antara kemewahan
tersebut – sebuah paket kertas coklat sederhana yang diikat dengan benang.
Ambil benda itu, kemudian pergilah ke kamar mandi terdekat. Berjuanglah di
sepanjang jalan menuju kamar mandi, kemudian tutuplah pintunya. Pintu itu akan
terkunci, dan tertahan, namun tidak dalam waktu yang lama.
Dengan
cepat, lepaskan amplop yang ada di parsel dan lempar benda itu ke kamar kecil
yang lain – tidak masalah dimanapun amplop itu mendarat selama tempatnya adalah
di tembok. Amplop itu akan menarik perhatian mereka, maka kau mungkin akan
ingin mengulur waktu sebanyak mungkin. Nyalakan air panas di dua westafel dan
air dingin di wastafel satunya lagi. Lalu, dengan pintu yang digedor teramat
keras seakan mengebor kepalamu, temukan beberapa pengering tangan. Ada tiga
pengering tangan. Tarik napas dalam, dan tekanlah dengan keras tombol dari
salah satu pengering tangan manapun yang kau suka.
Semuanya
akan jadi hitam sebentar. Jika kau memencet nomor yang salah, kegelapan akan
menghilang hanya agar kau mengalami apa yang hampir dilakukan para siswa
padamu. Hal itu tidak pernah sama, namun selalu menyakitkan dan tak
tertahankan, dan kau tidak akan tetap waras selama itu untuk menyaksikan
kematianmu. Tapi, jika kau menekan tombol yang tepat, kau akan bangun dalam
kondisi tergeletak di atas lantai di tempat pemberhentian bus setengah mil dari
batas dari kota terbesar kedua yang pernah kau kunjungi. Duduklah, gosok
matamu. Kau sendiri di sini, dan untuk sementara, selamat. Bukalah paketnya –
ada banyak sekali lapisan di paket tersebut.
Tetaplah
membukanya sampai kau menemukan lapisan dari kertas pembungkus berwarna hijau. Berhenti
di sana dan lihatlah ke arah kirimu – sebuah pemantik api murah tergeletak di
atas bangku, bersamaan dengan bus bertarif sedang yang menuju ke kota. Ambil
keduanya, kantongi uangnya, dan kumpulkan kertas-kertas coklatnya dan ikatlah.
Bakar kumpulan kertas tersebut- lapisan terakhir dari benda yang dibungkus
hanya melindungi objek tersebut dari bungkusan coklatnya, dan kau ingin benda
itu ada begitu kau akhirnya membukanya.
Saat
kumpulan kertas coklat tersebut menjadi abu, bukalah lapisan terakhir dan
buang. Sekarang kau memegang sebuah baterai ukuran D emas yang aneh. Cepatlah
bangkit – busnya datang, dank au tidak ingin terlihat seperti orang bodoh
dengan duduk di lantai pemberhentian bukannya di bangku.
Baterai
itu adalah objek ke-80 dari 538. Baterai itu tidak akan pernah kehabisan daya,
namun jika kau memasangnya ke perangkat apapun, perangkat tersebut tidak akan
pernah hidup oleh baterai lain selain baterai emas tersebut.
Source: http://theholders.org/?Holder_of_Extravagance
Translate: Ambrosia Black
Picture: https://dark-zyros.artstation.com/projects/OAJx6
No comments:
Post a Comment