Seorang
gadis berumur 15 tahun bernama Donna tinggal bersama ayahnya di sebuah rumah
kecil di pinggir kota. Sejak ibunya meninggal, Donna menggantungkan segalanya
pada ayahnya. Mereka memiliki hubungan yang manis dan saling menyanyangi satu
sama lain.
Suatu
pagi, ayah Donna pergi untuk sebuah perjalanan bisnis. Sambil mereka menyantap
sarapan, ayah Donna memberitahu Donna bahwa ia akan pulang larut malam. Setelah
itu, ia mencium kening Donna, mengambil tas kantornya dan pergi keluar melalui
pintu depan.
Kemudian
pada hari itu juga, saat Donna kembali dari sekolah, ia mengerjakan beberapa PR
dan menonton TV. Saat tengah malam tiba, ayahnya masih belum pulang, jadi
ia memutuskan untuk pergi tidur.
ia memutuskan untuk pergi tidur.
Malam
itu ia bermimpi. Ia menemukan dirinya sedang berdiri di pinggir jalan raya yang
ramai. Mobil-mobil serta truk-truk saling berdesing mengkhawatirkan. Ia melihat
ke seberang jalan dan mendapati seseorang yang ia kenal berdiri di sana. Orang
itu adalah ayahnya. Kedua tangannya melengkung di sekeliling mulutnya dan ia
terlihat seperti meneriakkan sesuatu pada Donna, tapi Donna tidak bisa mendengar
apa yang ayahnya katakan.
Di
tengah hiruk-pikuk lalu lintas, Donna mendengarkan dengan tegang. Mata ayahnya
terlihat sedih. Sepertinya ia setengah mati ingin mengatakan sesuatu pada
Donna. Donna akhirnya hampir berhasil menangkap kata-katanya: “Jangan… buka…
pintunya…”
Tiba-tiba,
Donna dibangunkan dari mimpinya oleh suara ketukan yang aneh.
Tuk
tuk tuk.
Kemudian
seseorang mulai membunyikan bel pintu di bawah.
Kring
kring kring.
Donna
bangkit dari tempat tidur dan memakai sandal rumahnya. Kemudian, dengan hanya
mengenakan gaun malamnya, ia berlari menuruni tangga dan menghampiri pintu
depan.
Lewat
lubang intip di pintunya, ia melihat wajah ayahnya di luar. Ayah Donna menatap
langsung padanya. Bel pintu terus berdering memaksa.
“Baik,
tunggu! Aku datang!” seru Donna.
Ia
memutar kunci dan hampir membuka pintunya namun ia berhenti.
Ia
menatap ayahnya lewat lubang intip pintu sekali lagi. Ada sesuatu di raut wajahnya
yang kelihatannya tidak beres. Matanya melotot. Ia terlihat ketakutan.
Donna
mengunci kembali pintunya.
“Ayah!”
teriak Donna melalui pintu. “Kau lupa kuncimu?”
Kring
kring kring.
“Ayah,
jawab aku!”
Kring
kring kring.
“Apa
ada orang lain yang sedang bersamamu?”
Kring
kring kring.
“Kenapa
kau tidak menjawab?”
Kring
kring kring.
“Aku
tidak akan membuka pintu sampai kau mengatakan sesuatu!”
Bel
pintu terus berdering dan berdering, namun untuk beberapa alasan, ayah Donna
menolak untuk menjawab tangisan putus asa anaknya.
Selama
sisa malam, Donna yang ketakutan meringkuk di sudut lorong, tanpa daya
mendengarkan bunyi dering bel pintu yang tak kunjung berhenti. Bel itu
sepertinya berdering selama berjam-jam. Akhirnya, Donna tertidur dengan
gelisah.
Saat
fajar tiba, Donna terbangun dan menyadari segalanya terasa sepi. Pelan-pelan ia
mendekati pintu dan mengintip lagi. Ayahnya masih di sana, menatap padanya.
Dengan
hati-hati ia membuka pintu dan disambut dengan pemandangan yang memerangkapnya
dalam kengerian yang tak terbayangkan.
Penggalan
kepala ayahnya digantung dengan paku di atas pintu.
Ada
catatan kecil menempel di bel pintu. Terdapat tulisan tangan yang buruk dan
kasar di sana, yang berbunyi, “Gadis Pintar”.
Source: http://www.scaryforkids.com/the-peephole/
Translate: Ambrosia Black
Picture: https://www.flickr.com/photos/robertmontalvo/3192381100
No comments:
Post a Comment