Dream catcher.
Sebenarnya sudah lama sih, barang ini tren di kalangan teman-teman Am—terutama
yang cewek-cewek, tapi karena Am orangnya kuno dan tidak terlalu ikut
perkembangan jaman jadi Am awalnya tak begitu tertarik dengan benda yang
katanya trendi dan lucu ini. Tapi semua berubah setelah negara api menyerang
hari itu.
Tanggal
10 Februari lalu, sekolah Am mengadakan Tirtayatra (sembahyang keliling ke
sejumlah pura). Setelah perjalanan yang melelahkan ke Pura Goa Lawah, Pura
Tanah Lot, Pura Teratai Bang, dan Danau Beratan, rombongan diajak berbelanja ke
salah satu mall oleh-oleh khas Bali yang Am lupa namanya.
Am
memutari mall itu selama hampir satu setengah jam dengan kaki pegal tanpa
hasil. Pasalnya, uang jajan Am sedikit dan seperempatnya sudah Am habiskan di
Tanah Lot
hanya untuk beli minum (di sana panasnya menggila, demi Tuhaaannn...). :’v
hanya untuk beli minum (di sana panasnya menggila, demi Tuhaaannn...). :’v
Dan,
saat itu lah Am melihat benda ini. Kesannya semacam de javu begitu lah. Soalnya Am beberapa kali ketemu dengan benda
itu, tapi tak tahu namanya. Setelah Am melihat-lihat, Am jadi tertarik pada
satu dream catcher yang berwarna
hitam—warna favorit Am. Am mandangin dream
catcher itu cukup lama, sampai ada teman Am tanya. “Am mau beli dream catcher juga?”
Dengar
namanya, Am langsung berpikir kalau itu bukan hiasan gantungan biasa. Yah,
kedengaran kayak jimat gitu, deh! Karena namanya dream catcher alias penangkap mimpi—namanya jimat banget! Akhirnya
Am beli yang warna hitam sama putih—warna kedua favorit Am.
Ternyata,
setelah Am meng-google tentang dream catcher ini, Am menemukan kalau dream catcher alias penangkap mimpi ini
berasal dari kepercayaan suku Indian. Menurut suku Indian Lakota, mimpi yang
baik akan ditangkap dan dijadikan bagian dalam jaring kehidupan. Sementara
mimpi yang buruk akan lolos melalui lubang tengah dream catcher. Tapi beda lagi menurut suku Chippewa, Navaji, dan
Ojibwe malah sebaliknya. Mimpi buruk akan tersangkut di jaring-jaring dream catcher dan mimpi baik akan lolos
dari lubang dan masuk ke dalam mimpi kita. Selanjutnya sinar matahari pagi akan
memurnikan jaring-jaring tersebut dari mimpi buruk yang ditangkapnya semalam.
Dream catcher umumnya
punya delapan titik tempat jaring yang menempel pada lingkaran. Hal ini
melambangkan delapan kaki laba-laba. Laba-laba adalah simbol energi penciptaan
kaum wanita, kebijaksanaan, dan pembelajaran. Orang-orang Indian menggantungkan
dream catcher di atas tempat tidur
bayi agar sang bayi terhindar dari mimpi buruk. Biasanya dream catcher tidak dipakai permanen. Dream catcher akan diganti jika anak sudah tumbuh besar untuk
siklus kehidupan anak selanjutnya.
Dream catcher biasanya
terbuat dari simpai dan urat jaring pohon willow.
Tidak
hanya untuk menangkap mimpi-mimpi baik, Suku Indian Lakota juga mempercayai
kalau dream catcher dapat
meningkatkan kesadaran akan Roh Besar. Kesadaran akan Roh Besar yang tinggi
tidak hanya akan memberi mimpi baik, namun juga dapat membuat dream catcher menangkap visi, gagasan,
maupun peluang yang dapat membantu orang untuk mencapai cita-citanya dan tujuan
hidupnya. Karena itu, dream catcher bukan
hanya sekedar jimat untuk mimpi saja, tapi juga untuk memusatkan energi baik
dan menghilangkan energi buruk.
Well,
tren dream catcher sekarang adalah
sebagai fashion. Rata-rata sih buat kalung. Tapi itu tidak mengurangi kesan ‘jimat’
yang dibawanya kok. Am pun membelinya bukan untuk tren, tapi karena dream catcher itu jimat. Wahaha...
Ini
dia dream catcher Am.
Apa
teman-teman tertarik dengan si jimat cantik ini? Sekarang sudah banyak beredar
kok. Terserah kalian mau menganggapnya apa, baik hiasan maupun penangkap mimpi
beneran. :)
Dream catcher berfungsi dirumahku. Setiap malamnya, ayahku mengganti dream catcher milikku yang kugantung tepat diatas kasurku. Sebelum ayah membawa itu kerumah, sering kali aku mengalami mimpi buruk yang benar-benar buruk, dimana bagian terburuknya hampir semua yang kumimpikan menjadi nyata. Penggunaan dream catcher dirumahku ini cukup beda, yakni dengan mengoleskan sedikit darah ayam dan air suci santo paulus agar bekerja. Entah ayah tahu darimana, tapi semenjak saat itu aku tidak pernah bermimpi lagi. Darah ayam yang semula segar menjadi hitam pekat setelah aku bangun. Aku harus bersyukur, suku Indian begitu cerdas dalam hal ini.
ReplyDeleteHai Kak Heri...
DeleteWah, keren banget. Bisa kayak gitu juga ya?
Am mau coba dong. Tapi gak tau dapat air sucinya dimana. DX
Makasi udah bagi pengalaman dan pengetahuan kakak... ^^
Yah, ayahku ke roma setiap 3 bulan untuk urusan bisnis dan ia menyempatkan pergi ke vatikan untuk membantuku menghilangkan masalah ini. Yah, setidaknya sampai sekarang aku sudah tidak mengalaminya lagi
ReplyDeleteSyukurlah... ^^
Delete