Di
kota manapun, di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau klinik
rehabilitasi. Mendekatlah ke meja depan, dan minta untuk bertemu dengan
seseorang yang memanggil dirinya “Sang Penjaga Pikiran”. Pegawai di sana akan
menunjukkan ekspresi enggan cukup lama yang akan mereka pertahankan cukup lama
sehingga nyaris tak terlihat. Kemudian, kau akan dituntun menuju sebuah lorong,
yang berakhir di depan tangga. Si Pegawai akan meninggalkanmu di sini.
Naiki
tangga tersebut. Anak-anak tangga tersebut panjangnya akan terasa seperti
bermil-mil. Kapanpun jika kau tersandung, atau kau beristirahat, bahkan walau
itu sebentar saja, pikiranmu dengan cepat akan kehilangan kesadarannya hingga
memudar seluruhnya. Jika setelahnya kesadaranmu kembali, kau mungkin menemukan
dirimu berada di tempat
manapun yang biasa kau panggil rumah, dan institusi yang kau datangi akan benar-benar hilang dari keberadaan. Jika keadaan ini terjadi, bersyukurlah pada makhluk manapun yang kau panjati doa karena kemungkinan yang paling tak mungkin terjadi telah terjadi. Jika kesadaranmu tidak kembali, maka kau masih beruntung kau tidak terbangun untuk menyaksikan dirimu berada di tempat dimana pendahulu yang bernasib lebih naas datang.
manapun yang biasa kau panggil rumah, dan institusi yang kau datangi akan benar-benar hilang dari keberadaan. Jika keadaan ini terjadi, bersyukurlah pada makhluk manapun yang kau panjati doa karena kemungkinan yang paling tak mungkin terjadi telah terjadi. Jika kesadaranmu tidak kembali, maka kau masih beruntung kau tidak terbangun untuk menyaksikan dirimu berada di tempat dimana pendahulu yang bernasib lebih naas datang.
Saat
akhirnya kau mencapai puncak tanggak, kau akan menemukan dirimu berada di
sebuah koridor usang, yang terlihat seperti salah satu bagian dari bangunan
berlantai tinggi. Dinding di sebelah kirimu akan memiliki banyak pintu. Jangan
buka satupun dalam keadaan apapun, tidak peduli sensasi apa yang kau rasakan
yang mendesakmu melakukannya. Perasaan ini hampir tidak lebih dari tipuan
dasar. Pintu-pintu tersebut memenjarakan bagian jiwamu yang memang sebaiknya
dikurung; membebaskan mereka sekarang merupakan kesalahan fatal. Dinding di
sebelah kananmu seluruhnya terbuat dari kaca. Dengan menengok ke jendela besar
ini, kau akan melihat sebuah tempat dimana kau dilahirkan, meskipun jendela itu
benar-benar kosong dan tidak berkehidupan.
Berjalanlah
di lorong tersebut. Panjang lorong tersebut berubah-ubah, jadi ini mungkin akan
memakan waktu lebih lama dari menaiki tangga barusan. Di ujung lorong, kau akan
melihat sebuah pintu ganda. Tidak seperti pintu-pintu lain di lorong, kau harus
membuka yang satu ini, biarpun kau mungkin merasa enggan untuk melakukannya.
Ini alami: pikiranmu masih mencoba melindungimu. Atasi perasaan tersebut, dan
berjalanlah ke dalam kegelapan di balik pintu. Tak lama kemudian, sebuah titik
cahaya akan menyala dari suatu tempat di kegelapan di atasmu, dan segala hal
yang diterangi titik cahaya tersebut akan terlihat jelas. Lewat refleksi cahaya
ini, kau bisa melihat sekelilingmu samar-samar diterangi. Akan lebih baik
untukmu untuk tidak melihat lebih dekat pada sosok yang bergerak di luar biasan
cahaya tadi.
Lingkaran-lingkaran
di atas tanah akan memberitahumu bahwa kau sedang berada di dalam sejenis tenda
sirkus, berdiri di dalam gelanggang utama. Di seberangmu, berdiri seorang pria
gempal berpenampilan flamboyan, mengenakan topi mengkilat yang membayangi indra
penglihatannya, menghalangi matanya itu dari pandangmu. Tanyai dia, “Apa bagian
dari diriku yang telah mereka sembunyikan?” Berbicaralah dengan jelas, dan yang
lebih penting, berbicaralah dengan keras. Berbicaralah setegas kau memanggil
beribu kerumunan orang, atau si pemimpin sirkus di depanmu harus
menyingkirkanmu dari panggung dengan cara tertentu untuk menyenangkan
makhluk-makhluk yang sedang menonton. Selera hiburan mereka sangat bertolak
belakang dengan manusia manapun; semoga kau tidak mengetahuinya.
Jika
kau memuaskan si pemimpin sirkus, ia akan meletikkan cambuknya. Suara cambuk
itu benar-benar sangat keras, dan akan dibarengi oleh kilatan cahaya yang
membutakan. Ia akan menghilang, dan di tempatnya berdiri tadi, akan muncul dua
orang lain. Di sisi kirimu akan berdiri seseorang yang kau benci: seseorang
yang benar-benar kau benci lebih dari siapapun yang kau tahu. Di sebelah
kananmu, seseorang yang paling kau cintai. Hidup atau mati, orang-orang ini
akan muncul dengan nyata di hadapanmu.
Dekati
musuh fanamu, dan tanpa kata, ia akan memberimu sebilah pisau. Kau akan
merasakan tekanan yang sangat kuat untuk menancapkan pisau itu ke dadanya – kau
harus melawan desakan ini apapun yang terjadi. Sebaliknya, kau harus
menggunakannya untuk menusuk jantung orang yang kau cintai. Mereka akan
sepenuhnya sadar, dan akan berteriak tanpa henti agar kau menyudahi hal itu, menangis
sambil bertanya mengapa. Jangan mendengarkannya, dan jangan ragu akan tugasmu,
karena para hadirin berharap melihat pertumpahan darah dari orang yang lemah,
dan kau tidak ingin membuktikan bahwa kau adalah kandidat yang tepat.
Ambil
jantungnya, dan lemparkan pada si pemimpin sirkus yang berdiri di belakangmu.
Kemudian ia akan memberitahumu secara rinci pikiran pertamamu yang memaksamu
untuk melakukan perjalanan ini, dan segala keadaan lain yang mendukung hal
tersebut. Untuk beberapa alasan, pengetahuan tak terungkapkan yang menggantikan
susunan pikiran yang selama ini salah mampu membuat mereka berputus-asa dan
menikamkan pisau itu ke dada mereka sendiri. Jika kau melawan godaan ini,
penglihatanmu akan menggelap, dan kau akan kembali tersadar di suatu tempat
dimana kau lahir. Pisau yang tadi kau gunakan akan tergeletak di sampingmu. Pisau
itu akan selamanya kasar dan ternoda akan darah dari semua jiwa yang telah kau
akhiri.
Pisau
tersebut adalah objek ke-69 dari 538. Kini kau tahu mengapa kau memulai
semuanya. Jika mereka bersatu, kau yang akan bertanggung jawab.
Source: http://theholders.org/?Holder_of_the_Mind
Translate: Ambrosia Perish
mantap am, bener2 menyiksa pikiran
ReplyDelete