Sunday, February 10, 2019

THE HOLDERS SERIES: 86. HOLDER OF THE LENS



Di kota manapun, di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau rumah rehabilitasi mana saja yang bisa kau temui. Saat kau mencapai meja depan, mintalah untuk mengunjungi seseorang yang memanggil dirinya “Sang Penjaga Lensa”. Si Pegawai tidak akan menyadari permintaanmu pada awalnya, namun kau harus terus bertanya. Saat ia mengangkat kepalanya, ia akan menatapmu bertanya-tanya, dan memastikan apakah kau yakin. Jika kau memiliki sedikit saja keraguan dalam pikiranmu bahwa kau tidak akan berhasil, berbaliklah dalam diam dan jangan pernah kembali. Jika kau tidak memiliki keraguan akan kemenanganmu nanti, maka berikan satu anggukan. Ia akan tersenyum lembut dan memandumu lewat pintu di belakang meja.

Pintu itu akan terbuka dan menunjukkan sebuah lorong besi kelabu, yang lurus dan
sempit, hampir tidak cukup lebar untuk dilintasi kalian berdua. Cermin-cermin besar yang diletakkan dalam jarak yang aneh antara satu dan lainnya di sepanjang dinding, akan memantulkan bayangan kalian berdua di sepanjang jalan; kau mesti melihat satu persatu cermin tersebut sambil kau melintas. Jika salah satu cermin memperlihatkan bahwa si pegawai hilang, mulailah berdoa, karena kau tidak akan ada lagi di dunia ini. Sebaliknya, jika kau yang hilang di cermin, berhenti dan menghadaplah pada cermin itu. Si Pegawai akan berbalik dan menggesernya, menyingkap sebuah ruangan yang gelap. Pastikan kau berterimakasih padanya sebelum kau melangkah ke dalam; kekuatan di tempat ini tidak mentolerir tamu yang tidak sopan.

Cermin tadi diam-diam akan tergeser kembali ke tempatnya, menyelubungi ruangan dengan kegelapan, dan sebuah suara akan mulai memggumamkan kata-kata tanpa arti pada dirinya sendiri dalam waktu yang tak pasti. Jika mereka berhenti, kau harus berkata dengan tenang, “Aku ke sini untuk bertemu seorang teman.” Jika suara itu kembali, ia tidak akan kembali dalam sebuah bisikan, namun dalam raungan kemarahan yang akan mencabik ragamu, membiarkan jiwamu ditelan perlahan oleh Sang Penjaga; jika ruangan itu mulai bercahaya, maka kau telah membuatnya tertarik.

Kau akan menemukan dirimu berada di sebuah ruangan kecil bercahaya redup, dengan satu kursi di tengah cahaya tersebut. Tetaplah berdiri, jangan lakukan apapun sampai sebuah suara menyuruhmu untuk duduk, lalu duduklah. Sang Penjaga akan bertanya padamu banyak pertanyaan, dan kau harus menjawabnya dengan sungguh-sungguh, serta jangan membuat usaha apapun untuk memperjelas rinciannya, tidak peduli seberapa mencelakakannya hal itu. Berbohong padanya akan membuat keiblisannya keluar, dan kau ingin menghindari hal itu untuk saat ini.

Begitu ia selesai, ia akan berterimakasih atas kejujuranmu, dan memberitahumu bahwa ia ia ingin tahu mengapa kau datang. Tanyakan padanya, “Bolehkah aku melihat wajahmu?” Sang Penjaga akan tertawa dengan ramah, dan sebuah kacamata akan jatuh di atas pangkuanmu. Gunakan sedikit waktumu untuk memikirkan satu hal yang paling berarti untukmu, dan pakailah kacamatanya.

Kini kau akan melihat ruangan itu secara utuh, darah berbisa mengalir dari setiap inci di setiap permukaan ruangan, menyisakan lingkaran kecil di lantai yang tersorot cahaya. Jangan berdiri sampai Sang Penjaga memintamu, dan saat ia memintamu, segeralah berdiri di atas kursi. Cahaya tadi akan padam, dan darah akan mengalir menutupi celah lingkaran kecil tadi, namun kau tetap akan bisa melihat melalui lensa kacamatanya. Lihatlah secara langsung di depanmu, dan dengan sopan mintalah kembali untuk melihat wajahnya.

Darah yang membentuk dinding akan tersibak seperti tirai, dan sebuah sosok akan muncul. Jika yang muncul adalah sesuatu selain sosok yang kau gambarkan di pikiranmu sebelum mengenakan kacamata, cepatlah buka dan buang kacamatanya. Jika kau cukup cepat, kegelapan akan terbelah memperlihatkan pintu institusi tempatmu datang; anggap dirimu sebagai yang paling beruntung. Jika kau terlalu lambat, maka darahmu akan ditambahkan ke dalam ruangan – dengan sangat, sangat perlahan.

Jika sebaliknya, hal yang muncul adalah yang kau pikirkan, turunlah dari kursi. Kakimu akan menyentuh darah, tapi kau tidak akan tenggelam. Ambil lima langkah ke depan dan berhenti. Hal yang kau pikirkan, apapun atau siapapun itu, akan maju untuk menyamakan jarak denganmu. Ambil tiga langkah lagi, dan tunggu sampai hal itu bergerak lagi, kemudian ambil satu langkah. Sekarang, saat hal itu bergerak, kau harus mengepalkan tanganmu dan menyerangnya dengan seluruh kekuatan yang bisa kau kumpulkan. Jangan menahan diri, dan tekan kepalanmu hingga menembusnya. Permukaan hal itu akan jebol dan pecah seperti kaca, memperlihatkan sebuah tengkorak yang mengapung, dengan gumpalan busuk daging yang rusak masih melekat di wajahnya.

Tarik kepalanmu dengan segera, dan jangan memeriksa luka di tanganmu. Membungkuk dan berterimakasihlah pada Sang Penjaga sesopan yang kau bisa. Ia lalu akan bertanya, dengan napas yang menggetarkan, kalau-kalau kau ingin melihat wajahnya. Tolaklah dengan sopan, dan mulai berbalik. Sebuah tangan akan menyentuh bahumu, dan Sang Penjaga akan memaksamu. Sekarang, tanyakan padanya, “Bagaimana mereka melihat?” Tangan tadi akan menekanmu dengan paksa, dan kau akan terbenam ke dalam lantai berdarah. Saat ini terjadi, tekankan tangan ke wajahmu, dan jaga agar kacamatanya tidak jatuh. Kacamata itu satu-satunya yang melindungimu.

Kau akan melihat banyak gambaran, yang gila dan mengerikan, melewati penglihatanmu seraya kau terbenam. Di tengah semua yang terjadi, kau tidak boleh memalingkan matamu dengan cara apapun dari pemandangan-pemandangan ini, tidak peduli seberapa menakutkan, karena di salah satu gambaran tersebut ada kau. Saat kau melihat gambaran dirimu yang termutilasi, menggapai dan sentuhlah hal itu. Lautan darah akan lenyap, digantikan oleh kegelapan total. Saat sebuah pintu muncul, bukalah. Cahayanya akan menyilaukan, namun kau akan menemukan bahwa dirimu selamat, berjalan pergi dari salah satu kamar kecil institusi. Jangan lupa untuk mengatakan “Terimakasih,” untuk Sang Penjaga yang dengan senang hati menemanimu.

Kacamata yang kau gunakan adalah objek ke-86 dari 538, Sepasang Mata yang Melihat Kemurnian. Tatkala waktunya tiba, kau akan mampu melihat apa yang mereka lihat.


Source: http://theholders.org/?Holder_of_the_Lens
Translate: Ambrosia Black
Picture: https://www.flickr.com/photos/iiiiiiiiiiiiiia/4154172044

No comments:

Post a Comment