Di
kota manapun, di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau rumah
rehabilitasi yang bisa kau datangi. Saat kau mencapai meja depan, mintalah
untuk mengunjungi seseorang yang memanggil dirinya “Sang Penjaga Duka”. Si
Pegawai akan cemberut dan menggigit bibirnya. Dengan bimbang, ia akan memandumu
jauh ke dalam institusi sampai kau mencapai sebuah pintu besi yang hangus dan
berkarat. Ia akan membuka pintu tersebut untukmu, dan kau harus memasuki
kegelapan di dalamnya tanpa bersuara sama sekali. Begitu kau berada di dalam,
pegawai itu akan menutup dan mengunci pintu itu secara hati-hati.
Kau
akan mendengar banyak teriakan dari jiwa-jiwa yang tersiksa beberapa meter di
depanmu. Kapanpun jika teriakan tersebut berhenti, cepatlah berteriak sekeras-kerasnya,
“Aku tidak merasa kasihan padamu!” Jika mereka tidak berteriak lagi, berharaplah mati dengan cepat, karena tiada gunanya mencoba berlari. Namun, jika suara teriakannya kembali, berjalanlah terus ke depan dalam kegelapan. Berjalanlah terus sampai kau melihat seberkas cahaya redup berpendar di depanmu. Saat itu terjadi, segeralah berhenti dan menataplah ke sana.
“Aku tidak merasa kasihan padamu!” Jika mereka tidak berteriak lagi, berharaplah mati dengan cepat, karena tiada gunanya mencoba berlari. Namun, jika suara teriakannya kembali, berjalanlah terus ke depan dalam kegelapan. Berjalanlah terus sampai kau melihat seberkas cahaya redup berpendar di depanmu. Saat itu terjadi, segeralah berhenti dan menataplah ke sana.
Kau
akan tergoda untuk melihat kepada wajah-wajah makhluk sekarat yang
bergelantungan di dinding, dan mereka akan memohon pertolongan padamu. Jangan
jawab tangisan mereka, karena jika kau memalingkan pandanganmu dari cahaya,
pikiranmu dengan cepat akan terkoyak dan reflek kau akan mencungkil matamu.
Cahaya
itu akan mengungkap sosok seorang pria yang berdiri memunggungimu, dan
kehadirannya akan meredakan teriakan-teriakan di sekitarmu. Ia hanya akan
merespon satu pertanyaan: “Siapa yang akan terselamatkan saat mereka bersatu?” Ia
akan berputar untuk memandangmu, dan menjawab pertanyaanmu dalam rincian yang
menyiksa. Jangan menginterupsi ceritanya. Hal yang akan terjadi jika kau
melakukan itu tidak akan bisa dijelaskan bahkan oleh kriminal yang paling sakit
dan gila sekalipun dalam sejarah dunia.
Begitu
ia selesai bercerita, ia akan memberikanmu sesuatu yang terlihat seperti sebuah
batu biasa. Ia akan mundur dari hadapanmu, pendaran cahaya misterius tadi pun
memudar. Kata-kata ini mulai akan berdering di dalam pikiranmu, “Barangsiapa
yang tidak berbuat dosa, ia akan melemparkan batu yang pertama”. Pejamkan
matamu dan hitung sampai sepuluh. Saat kau membuka mata kau akan berdiri di
depan meja depan institusi.
Batu
tersebut adalah objek ke-85 dari 538. Batu itu hanya boleh dilemparkan ketika
mereka bersatu.
Source: http://theholders.org/?Holder_of_Sorrow
Translate: Ambrosia Black
Picture: https://www.youtube.com/watch?v=UQ4edCT0Ems
No comments:
Post a Comment