Sunday, October 22, 2017

THE HOLDERS SERIES: 65. HOLDER OF AGONY



Di kota manapun, di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau rumah rehabilitasi yang bisa kau datangi. Saat kau mencapai meja depan, mintalah untuk mengunjungi sesuatu yang memanggil dirinya “Sang Penjaga Siksaan”. Mata milik orang di belakang konter akan melebar terkejut, seolah mereka tidak mengerti mengapa mereka mengenali nama tersebut. Mereka akan menggerutu sebentar, namun ekspresi wajah mereka akan segera berubah merenung cemberut. Mereka akan menggigil ketakutan, berbalik, dan menolak. Kau harus bertanya lagi, dan terus bertanya dengan suara yang tenang dan lembut, bahkan jika mereka terisak atau berteriak. Akhirnya, kehidupan seolah meninggalkan mata mereka, dan mereka akan membimbingmu, dengan langkah yang diseret, ke sebuah ruangan bernomor tidak jelas di lorong.

Si pegawai akan membuka pintunya untukmu. Begitu kau berjalan untuk memasuki ruangan gelap tersebut, mereka akan melancarkan tendangan keras ke punggungmu, mengempaskanmu ke dalam ruangan. Apapun yang terjadi, jangan berhenti atau menoleh saat melewati si pegawai. Tolong percaya saja padaku.

Di ruangan bau tisu sanitasi alkohol dan darah akan tercium secara bersamaan. Kau tidak akan bisa melihat banyak sampai pintu tempatmu masuk kembali terbuka, dan seberkas cahaya kelabu terbentuk tanpa menyinari sosok berjubah semampai yang memasuki ruangan. Saat pintunya tertutup, ruangannya akan jadi lebih gelap dari sebelumnya.

Segera saja, kau akan merasakan sosok berjubah itu menekan dirinya pada tubuhmu. Tulang tungkainya akan menusuk dada dan perutmu saat ia berkata, “Aku mengenalmu”. Suaranya akan bergaung ke sekujur tubuhmu, dan kau akan mengalami segala jenis ketidaknyamanan – seakan kau diawasi, diganggu, seolah kakimu jatuh tertidur, seperti kau merasa pusing, mual, tidak sabar. Tetaplah diam. Jangan membuat suara apapun, kecuali bertanya: “Mengapa mereka kesakitan?”

Makhluk itu akan membalas dalam desisan yang membuat perutmu mual, “Aku akan menahanmu di sini selamanya, dan setiap malam, aku akan memutilasimu, memperkosamu, dan membunuhmu.” Kau tidak akan punya waktu untuk menguatkan dirimu ataupun berpikir, dan khususnya tidak ada waktu untuk bergerak, sebelum kau merasakan sebuah pedang bergerigi yang jahat menusuk perutmu hingga tembus ke sisi lain tubuhmu. Kau akan merasakan permukaan pedang itu mengoyak organ-organmu. Jangan bergerak. Jangan berbicara. Jangan berteriak.

Suara itu akan berlanjut. “Aku akan membunuh semua orang yang kau cintai, dan membuat mereka melihat wajahmu sebagai pembunuhnya. Aku akan menghancurkan semua hal yang menurutmu indah. Aku akan memelintir batinmu sampai kau sekejam dan sesesat kami.” Makhluk itu tidak akan berhenti, bahkan saat rasa sakit yang berasam dan membakar dari pedang di usumu menusuk seluruh sarafmu. Rasa sakitnya akan menghentikan napasmu dan mungkin saja jantungmu, namun kau harus tetap diam. Lebih banyak pedang akan menusuk badanmu, di tempat yang halus, di tempat yang mustahil, dan suaranya akan terus mendesiskan sumpah mematikannya, siksaan anehnya sangat tidak manusiawi dan tida berperasaan sehingga akan sangat bahaya jika kau kehilangan kesadaranmu.

Diam di tempat adalah satu-satunya pertahananmu. Jika kau bergerak, pedang-pedangnya, yang bertumbuh dari satu menjadi lima menjadi tiga puluh menjadi ratusan atau ribuan, jika kau punya kesempatan untuk menghitungnya, akan mengoyakmu dari segala arah, memaksa setiap bagian dari daging dan sarafmu untuk tetap sadar dan terjaga saat pedang itu bercabang lagi dan lagi. Tetaplah diam, bahkan saat seluruh tubuhmu dihancurkan penderitaan yang rasanya tidak mungkin ada; kau akan berharap lebih baik mendapat gigitan ular di matamu atau silet di otot-ototmu.

Kau harus mendengarkan suaranya dengan baik, karena akhirnya, ia akan mengatakan satu dari dua hal.

Jika makhluk itu mengatakan, “Kemuliaan ini diperuntukan pada mereka yang telah membuktikan diri mereka,” maka aku hanya bisa menawarkan belasungkawaku padamu. Penderitaan abadimu akan jadi sangat sangat mengerikan sehingga setiap orang di Bumi yang pernah melihat wajahmu atau mendengar namamu akan bermimpi buruk tentang siksaanmu bahkan setelah mereka mencapai akhirat di Surga maupun di Neraka. Jiwamu akan menjadi sekam yang sia-sia.

Jika makhluk itu berkata, “Seluruh hidup dan keberadaanmu tidak tersentuh siksaan ini,” kau harus menjawab, dengan cepat dan percaya diri, “Penderitaan ini memenuhi kita semua sampai mereka berhenti menyakiti.” Setiap detik yang terbuang untuk menunggu balasanmu di kabut rasa sakit yang luar biasa itu, kau akan menderita siksaan yang tak terduga dan ganjil sampai akhir hayatmu. Jika kau tak bisa berbicara, kau tidak akan pernah tahu waktu tanpa siksaan dan setiap harinya kau akan menganggap bahwa siksaan di hari-hari sebelumnya hanyalah gelitikan dari selembar bulu.

Jika kau membalas dengan benar, segalanya akan berhenti – rasa sakitnya, desisannya – dan kau akan merasakan sosok yang menekanmu tadi, runtuh menghilang. Singkirkan jubahnya dan kau akan menemukan sebuah kantung kulit. Bukalah kantung itu hanya jika kau ingin tahu seperti apa dunia hancur berkeping-keping akibat wabah yang bahkan tidak akan diampuni Neraka.

Debu siksaan itu adalah objek ke-65 dari 538. Jangan sampai habis, atau kau tidak akan pernah tahu.


Source: http://theholders.org/?Holder_of_Agony
Translate: Ambrosia Perish

2 comments: