Di
kota manapun, di negara manapun, pergilah ke institusi mental atau rumah
rehabilitasi manapun yang bisa kau datangi. Saat kau mencapai meja depan,
mintalah untuk mengunjungi seseorang yang memanggil dirinya “Sang Penjaga
Keilahian”. Mintalah sampai dua kali lagi sebelum pegawainya merespon. Tubuhnya
akan kaku, matanya menatap lurus ke atas selama beberapa detik sebelum melihat
kembali ke arahmu dengan warna mata yang tak bisa dijelaskan. Lalu kau harus
mengikutinya, dengan menundukkan pandangan, mengikuti langkah kakinya setepat
yang kau bisa. Jika kau tidak bisa mengikutinya sama persis, kau tidak akan
pernah menemukan jalanmu lagi.
Saat
pegawai itu berhenti, berbaliklah dan berhentilah menunduk. Lawan segala hasrat
untuk melihat ke belakangmu. Kau akan menemukan dirimu berada di depan sebuah
pintu, dengan belati merah menyeramkan tertancap di tengahnya. Cengkeramlah pegangan belati tersebut, dan rasa sakit yang hebat akan merayap secara perlahan di lenganmu, kemudian menembus seluruh tubuhmu, tenggelam semakin dalam dan dalam di tubuhmu. Kapanpun jika kau melepaskan peganganmu pada belatinya, rasa sakit itu tidak akan pernah pergi, bahkan setelah kau mati. Begitu rasa sakitnya mencapai jantungmu, kau akan merasakan sebuah gelombang kekuatan jahat yang mendadak. Cabut belati itu dari pintunya dan pintu itu akan berayun terbuka, rasa sakitnya akan memudar saat belati itu terpisah dari pintu.
pintu, dengan belati merah menyeramkan tertancap di tengahnya. Cengkeramlah pegangan belati tersebut, dan rasa sakit yang hebat akan merayap secara perlahan di lenganmu, kemudian menembus seluruh tubuhmu, tenggelam semakin dalam dan dalam di tubuhmu. Kapanpun jika kau melepaskan peganganmu pada belatinya, rasa sakit itu tidak akan pernah pergi, bahkan setelah kau mati. Begitu rasa sakitnya mencapai jantungmu, kau akan merasakan sebuah gelombang kekuatan jahat yang mendadak. Cabut belati itu dari pintunya dan pintu itu akan berayun terbuka, rasa sakitnya akan memudar saat belati itu terpisah dari pintu.
Kau
harus belari ke dalam pintu itu dan melalui lorong yang panjang dan berliku,
yang mana akan mengantarmu ke sebuah ruangan bundar bercahaya aneh. Berjalanlah
lurus menuju seorang pria di tengah ruangan. Ia akan berlutut, membelakangimu,
tenggelam dalam doanya, tertelan dalam kegelapan namun dikelilingi sinar keemasan.
Jika ia menyelesaikan doanya sebelum kau mencapainya, jiwamu yang abadi akan
jadi tidak lebih berharga dari secuil besi berkarat.
Begitu
kau mencapainya, tekan belati tadi ke tenggorokannya dan tanyakan pertanyaan, “Apa
yang mereka ajarkan?” Ia akan mulai menyanyikan jawabannya. Jangan mencoba
memahami kata-katanya; karena mereka akan menghancurkanmu. Dengarkan hanya kata
“pengorbanan”. Segera setelah kau mendengar kata ini, tikamkan belatinya ke
tenggorokan pria itu. Darahnya akan meresap ke dalam belati, mengubahnya, dan
seberkas cahaya akan memenuhi ruangan. Kau akan menemukan dirimu berdiri di
atas atap bangunan tempatmu memulai, menggenggam sehelai bulu berwarna putih
bersih.
Bulu
tersebut adalah objek ke-77 dari 538. Melidungi benda itu adalah segalanya,
karena takdirnya kini menjadi milikmu.
Source: http://theholders.org/?Holder_of_Divinity
Translate: Ambrosia Perish
takirain objeknya belati.....tapi ternyata cuma bulu
ReplyDeleteMirip Holder of Color kan wkwkwkw
DeleteTetep post ye
ReplyDeleteSudah kok. Cuma kadang suka telat karena kesibukan penting dan ga penting.
Delete