Semuanya
bermula sejak hari Sabtu kemarin. Hari itu merupakan hari yang biasa. Ibuku
mengumumkan bahwa ia sedang pergi berbelanja, meninggalkanku di rumah untuk
menjaga adik laki-lakiku.
Aku
sedang berada di dapur, menjelajahi internet di laptopku dan adikku di ruang
tamu, bermain dengan mainan-mainannya. Aku mendengar adikku melompat-lompat, memekik
dan tertawa.
Tiba-tiba,
aku menyadari bahwa suasana menjadi sepi dengan anehnya. Aku mengira adikku
telah jatuh tertidur, namun saat aku pergi ke ruang tamu untuk memeriksanya,
aku mendapatinya di sofa, duduk diam. Matanya tertancap di layar TV.
Tanpa
mengalihkan pandangannya dari TV, ia membalas, “Elmo.”
Semuanya
terlihat normal, setidaknya itu yang kupikir.
Saat
musik khas Elmo selesai, Elmo muncul dari belakang tirai dan berkata, “Ha
Ha Ha, terimakasih sudah datang untuk
melihat pertujukanku, dasar orang-orang bodoh!”
Hal
aneh yang diucapkan Elmo membuatku tercengang, karena seharusnya acara ini
adalah program untuk anak-anak. Kemudian, rasa merinding menghampiriku saat
boneka kecil merah itu mengeluarkan suara tawa yang menyeramkan dan mengerikan.
“Elmo
berharap kalian bersenang-senang karena mungkin ini adalah saat terakhir… Ha Ha
Ha… Jangan matikan TV atau kau akan membayar mahal… Elmo tidak menyukai
anak-anak yang mematikan TV… Mematikan TV itu NAKAL!”
“Baiklah
Elmo,” kata adikku. Ia berbicara dengan TV.
“Ingatlah
apa yang Elmo katakan terakhir kali… Ha Ha Ha… Elmo punya sebuah boneka baru
yang bisa berbicara… Boneka ini akan dijual di toko pada hari Sabtu… Ayah ibumu
harus membelikanmu boneka Elmo… Ha Ha Ha…
“Aku
tahu, Elmo,” kata adikku.
“Kau
tahu apa yang terjadi pada orang tua yang tidak membeli barang-barang Elmo…”
Elmo mendekat ke arah kamera hingga wajahnya memenuhi layar. Dengan suara yang
melengking, ia berteriak “Elmo tahu dimana kau tinggal!”
Aku
hampir saja mematikan televisinya, saat boneka itu mengatakan hal lain. Seperti
seolah ia berbicara langsung padaku.
“Hei
Hei Hei!” ia berseru. “Anak yang nakal! Kau tahu apa yang Elmo lakukan pada
orang-orang yang nakal!”
Elmo
mengambil sebuah pisau besar yang tajam dan melambaikannya, menikam udara
kosong.
“Ingatlah…
ELMO TAHU DIMANA KAU TINGGAL!” ia berteriak nyaring.
Hal
itu membuatku takut, aku panik dan mematikan TV.
ELMO
TAHU DIMANA KAU TINGGAL!
Adikku
melotot padaku dan, tanpa mengatakan apapun, ia bangkit dan meninggalkan
ruangan.
Malam
itu, ia mulai merajuk pada ayah dan ibu untuk membelikannya boneka Elmo.
Awalnya mereka menolak, namun hari demi hari adikku tetap bersikeras. Hari
Sabtu, ia berhasil meyakinkan ayah dan ibu dan mereka pun setuju untuk membawa
adikku ke mall membeli mainan yang ia mau. Aku pergi bersama mereka.
Waktu
itu jam 11 pagi, saat kami sampai di toko mainan dan mendapati antreannya
sangat panjang di luar. Kelihatannya setiap orang di kota ini menginginkan
boneka Elmo. Adikku sampai gemetar saking gembiranya.
Setelah
menunggu di antrian lebih dari dua jam, manajer toko akhirnya datang dan
memberitahu kami bahwa mereka kehabisan boneka Elmo. Semua orang mulai panik
sampai manajer berkata ada satu boneka Elmo tersisa dan ia akan mengundi untuk
melihat siapa yang akan diperbolehkan untuk membelinya.
Ia
memegang sebuah wadah kaca besar dengan potongan-potongan kertas dan
membagikannya pada kerumunan. Saat ia sampai pada adikku, ia berkata, “Ambil
tiketnya dan kita akan lihat apakah kau memenangkannya.” Adikku merogoh wadah
tersebut dan menarik keluar sepotong kertas. Aku melihat nomor di tiket.
Nomornya 666.
Waktu
pengundian dimulai dan kerumunan menjadi tidak sabar. Semua orang saling dorong
dan berdesakan. Manajer berseru, “DAN PEMENANGNYA ADALAH NOMOR 666!”
“DI
SINI, DI SINI! AKU YANG DAPAT!” tangis adikku.
Ayahku
mengambil bonekanya, menyerahkan uang dan kami berlari ke mobil. Orang-orang
melihat kami dengan marah. Terlihat seolah mereka sedang berpikir untuk
menyerang kami dan merampas boneka itu.
Di
jalan, adikku tersenyum lebar. Ia terus menarik tali di bonekanya dan
membuatnya berbicara.
“Elmo
suka padamu,” kata boneka itu dengan suara yang tinggi melengking.
“Aku
juga suka Elmo,” balas adikku.
Malam
itu, adikku pergi tidur dengan Elmo. Sekitar pukul 3 dini hari, aku tiba-tiba
terbangun. Aku mendengar sebuah suara kemudian mengintip ke dalam kegelapan.
Elmo
duduk di atas kursi di seberang tempat tidurku.
Aku
berteriak dan membangunkan orang tuaku. Mereka berlari datang ke kamarku,
menghidupkan lampu dan bertanya padaku apa yang terjadi. Aku menunjuk pada
boneka itu. Ayah bertanya apakah aku menaruhnya di sana.
“Tentu
saja tidak,” aku memberitahunya.
“Lalu
bagaimana bisa ia sampai di sini,” ayah bertanya.
“Mungkin
benda itu hidup,” aku bergumam.
“Jangan
bodoh,” balas ayah, sambil menatapku sayu sebelum ia kembali tidur.
Aku
mengambil boneka Elmo itu dan mengembalikannya ke kamar adikku. Lalu, aku
mencoba untuk tidur.
Pagi
harinya, aku mendengar teriakan mengerikan. Teriakan itu datang dari kamar ayah
dan ibu. Tampaknya, ayah terbangun dan menemukan boneka Elmo sedang duduk di
atas dadanya. Boneka itu memegang sebuah pisau.
“Mau
kau apakan boneka ini?” tanya ayah.
“Kita
harus membuangnya,” kataku.
“Aku
punya ide yang lebih bagus,” kata ayah. “Ayo bakar boneka ini.”
Tidak
masalah untukku. Saat adikku mengetahui apa yang kita rencanakan, ia mulai
mejerit dan menangis. Ayah merenggut boneka itu dari cengkeraman adikku dan
kita pun berangkat.
Adikku
berdiri di pintu depan, berteriak, “Jangan! Jangan bunuh Elmo!”
Kami
memutuskan untuk membakar boneka Elmo di ladang. Ladang itu berada di sebuah
bukit, sekitar 8 mil dari rumah kami. Ayah membuang Elmo ke parit dan
menyiramkan sekaleng bersin ke sekujur tubuhnya. Kemudian, ia menghidupkan
korek dan melemparnya. Boneka itu berubah menjadi sebuah bola api yang besar.
Ayah
melompat kembali ke dalam mobil dan menutup pintu. Segera setelah ia
menghidupkan mesin, kami mendengar jeritan keras dan dengan ketakutan, aku
melihat Elmo melompat keluar dari parit. Boneka hangus itu berlari memutar
membentuk lingkaran seperti bola api. Tiba-tiba, boneka itu melompat ke kaca
depan mobil dan mulai memukul-mukul kacanya sambil berteriak melengking ke arah
kami. Ayah menginjak pedal gas dan kami mengebut di jalan.
Elmo
menggantung pada wiper. Seluruh tubuhnya penuh api, namun matanya seperti
terbakar oleh kebencian. Ayah menyalakan wiper dan boneka itu terlempar dari
mobil.
Sembari
kita berkendara menjauh, kami mendengar teriakan nyaring dari kejauhan, “ELMO
TAHU DIMANA KAU TINGGAL!!!”
Source : http://www.scaryforkids.com/elmo-knows-where-you-live/
Translate : Ambrosia Perish
Tjoeg sangad,, merinding njir :3,,
ReplyDeletekeep posting Am :*
:'V
Siappp
Delete