Friday, September 15, 2017

KIDS STORY: ELMO KNOWS WHERE YOU LIVE



Semuanya bermula sejak hari Sabtu kemarin. Hari itu merupakan hari yang biasa. Ibuku mengumumkan bahwa ia sedang pergi berbelanja, meninggalkanku di rumah untuk menjaga adik laki-lakiku.

Aku sedang berada di dapur, menjelajahi internet di laptopku dan adikku di ruang tamu, bermain dengan mainan-mainannya. Aku mendengar adikku melompat-lompat, memekik dan tertawa.

Tiba-tiba, aku menyadari bahwa suasana menjadi sepi dengan anehnya. Aku mengira adikku telah jatuh tertidur, namun saat aku pergi ke ruang tamu untuk memeriksanya, aku mendapatinya di sofa, duduk diam. Matanya tertancap di layar TV.

“Apa yang kau tonton,” aku bertanya.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari TV, ia membalas, “Elmo.”

Semuanya terlihat normal, setidaknya itu yang kupikir.

Saat musik khas Elmo selesai, Elmo muncul dari belakang tirai dan berkata, “Ha Ha  Ha, terimakasih sudah datang untuk melihat pertujukanku, dasar orang-orang bodoh!”

Hal aneh yang diucapkan Elmo membuatku tercengang, karena seharusnya acara ini adalah program untuk anak-anak. Kemudian, rasa merinding menghampiriku saat boneka kecil merah itu mengeluarkan suara tawa yang menyeramkan dan mengerikan.

“Elmo berharap kalian bersenang-senang karena mungkin ini adalah saat terakhir… Ha Ha Ha… Jangan matikan TV atau kau akan membayar mahal… Elmo tidak menyukai anak-anak yang mematikan TV… Mematikan TV itu NAKAL!”

“Baiklah Elmo,” kata adikku. Ia berbicara dengan TV.

“Ingatlah apa yang Elmo katakan terakhir kali… Ha Ha Ha… Elmo punya sebuah boneka baru yang bisa berbicara… Boneka ini akan dijual di toko pada hari Sabtu… Ayah ibumu harus membelikanmu boneka Elmo… Ha Ha Ha…

“Aku tahu, Elmo,” kata adikku.

“Kau tahu apa yang terjadi pada orang tua yang tidak membeli barang-barang Elmo…” Elmo mendekat ke arah kamera hingga wajahnya memenuhi layar. Dengan suara yang melengking, ia berteriak “Elmo tahu dimana kau tinggal!”

Aku hampir saja mematikan televisinya, saat boneka itu mengatakan hal lain. Seperti seolah ia berbicara langsung padaku.

“Hei Hei Hei!” ia berseru. “Anak yang nakal! Kau tahu apa yang Elmo lakukan pada orang-orang yang nakal!”

Elmo mengambil sebuah pisau besar yang tajam dan melambaikannya, menikam udara kosong.

“Ingatlah… ELMO TAHU DIMANA KAU TINGGAL!” ia berteriak nyaring.

Hal itu membuatku takut, aku panik dan mematikan TV.

ELMO TAHU DIMANA KAU TINGGAL!

Adikku melotot padaku dan, tanpa mengatakan apapun, ia bangkit dan meninggalkan ruangan.

Malam itu, ia mulai merajuk pada ayah dan ibu untuk membelikannya boneka Elmo. Awalnya mereka menolak, namun hari demi hari adikku tetap bersikeras. Hari Sabtu, ia berhasil meyakinkan ayah dan ibu dan mereka pun setuju untuk membawa adikku ke mall membeli mainan yang ia mau. Aku pergi bersama mereka.

Waktu itu jam 11 pagi, saat kami sampai di toko mainan dan mendapati antreannya sangat panjang di luar. Kelihatannya setiap orang di kota ini menginginkan boneka Elmo. Adikku sampai gemetar saking gembiranya.

Setelah menunggu di antrian lebih dari dua jam, manajer toko akhirnya datang dan memberitahu kami bahwa mereka kehabisan boneka Elmo. Semua orang mulai panik sampai manajer berkata ada satu boneka Elmo tersisa dan ia akan mengundi untuk melihat siapa yang akan diperbolehkan untuk membelinya.

Ia memegang sebuah wadah kaca besar dengan potongan-potongan kertas dan membagikannya pada kerumunan. Saat ia sampai pada adikku, ia berkata, “Ambil tiketnya dan kita akan lihat apakah kau memenangkannya.” Adikku merogoh wadah tersebut dan menarik keluar sepotong kertas. Aku melihat nomor di tiket. Nomornya 666.

Waktu pengundian dimulai dan kerumunan menjadi tidak sabar. Semua orang saling dorong dan berdesakan. Manajer berseru, “DAN PEMENANGNYA ADALAH NOMOR 666!”

“DI SINI, DI SINI! AKU YANG DAPAT!” tangis adikku.

Ayahku mengambil bonekanya, menyerahkan uang dan kami berlari ke mobil. Orang-orang melihat kami dengan marah. Terlihat seolah mereka sedang berpikir untuk menyerang kami dan merampas boneka itu.

Di jalan, adikku tersenyum lebar. Ia terus menarik tali di bonekanya dan membuatnya berbicara.

“Elmo suka padamu,” kata boneka itu dengan suara yang tinggi melengking.

“Aku juga suka Elmo,” balas adikku.

Malam itu, adikku pergi tidur dengan Elmo. Sekitar pukul 3 dini hari, aku tiba-tiba terbangun. Aku mendengar sebuah suara kemudian mengintip ke dalam kegelapan.

Elmo duduk di atas kursi di seberang tempat tidurku.

Aku berteriak dan membangunkan orang tuaku. Mereka berlari datang ke kamarku, menghidupkan lampu dan bertanya padaku apa yang terjadi. Aku menunjuk pada boneka itu. Ayah bertanya apakah aku menaruhnya di sana.

“Tentu saja tidak,” aku memberitahunya.

“Lalu bagaimana bisa ia sampai di sini,” ayah bertanya.

“Mungkin benda itu hidup,” aku bergumam.

“Jangan bodoh,” balas ayah, sambil menatapku sayu sebelum ia kembali tidur.

Aku mengambil boneka Elmo itu dan mengembalikannya ke kamar adikku. Lalu, aku mencoba untuk tidur.

Pagi harinya, aku mendengar teriakan mengerikan. Teriakan itu datang dari kamar ayah dan ibu. Tampaknya, ayah terbangun dan menemukan boneka Elmo sedang duduk di atas dadanya. Boneka itu memegang sebuah pisau.

“Mau kau apakan boneka ini?” tanya ayah.

“Kita harus membuangnya,” kataku.

“Aku punya ide yang lebih bagus,” kata ayah. “Ayo bakar boneka ini.”

Tidak masalah untukku. Saat adikku mengetahui apa yang kita rencanakan, ia mulai mejerit dan menangis. Ayah merenggut boneka itu dari cengkeraman adikku dan kita pun berangkat.

Adikku berdiri di pintu depan, berteriak, “Jangan! Jangan bunuh Elmo!”

Kami memutuskan untuk membakar boneka Elmo di ladang. Ladang itu berada di sebuah bukit, sekitar 8 mil dari rumah kami. Ayah membuang Elmo ke parit dan menyiramkan sekaleng bersin ke sekujur tubuhnya. Kemudian, ia menghidupkan korek dan melemparnya. Boneka itu berubah menjadi sebuah bola api yang besar.

Ayah melompat kembali ke dalam mobil dan menutup pintu. Segera setelah ia menghidupkan mesin, kami mendengar jeritan keras dan dengan ketakutan, aku melihat Elmo melompat keluar dari parit. Boneka hangus itu berlari memutar membentuk lingkaran seperti bola api. Tiba-tiba, boneka itu melompat ke kaca depan mobil dan mulai memukul-mukul kacanya sambil berteriak melengking ke arah kami. Ayah menginjak pedal gas dan kami mengebut di jalan.

Elmo menggantung pada wiper. Seluruh tubuhnya penuh api, namun matanya seperti terbakar oleh kebencian. Ayah menyalakan wiper dan boneka itu terlempar dari mobil.

Sembari kita berkendara menjauh, kami mendengar teriakan nyaring dari kejauhan, “ELMO TAHU DIMANA KAU TINGGAL!!!”


Source : http://www.scaryforkids.com/elmo-knows-where-you-live/
Translate : Ambrosia Perish

2 comments: